Mengawali liburan semester yang lalu saya bersama beberapa teman pergi ke Yogyakarta untuk melepas penat dari rutinitas pekerjaan. Sekalian menuruti keinginan hati untuk bersama sejenak dengan 4 orang teman yang menjelang purna tugas beberapa bulan ke depan.
Selama pandemi COVID-19 kami belum pernah liburan keluar kota. Yogjakarta menjadi tujuan untuk melepas kangen. Susana Malioboro dan makanan khas gudeg yang selalu menjadi tujuan akhir yang kami kunjungi setiap ke Yogyakarta.
Berangkat pagi hari dengan harapan bisa lebih lama menikmati kota Solo dan Yogyakarta. Menyewa kendaraan Hi Ace yang mampu memulai 14 orang membuat penumpang sangat nyaman dalam melakukan perjalan jauh. The Heritage Palace di Solo adalah tujuan pertama. Sayang sedikit karena kendala teknis sehingga keberangkatan tertunda sekitar 2 jam.
Setelah berada di jalan tol selama 4 jam lebih kami keluar melalui pintu tol Solo menuju The Heritage Palace. Bangunan tua ini merupakan bekas pabrik gula Colomadu pada masa Belandan di kota Solo. Bernuansa Eropa seolah kita berada di Romawi. Di sudut bangunan terdapat mobil klasik yang akan memberikan kesan beda untuk pengunjungnya.
Belum puas menikmati indahnya Eropa Solo kami segera berteduh karena hujan deras mengguyur kota Solo. Tidak begitu lama dalam keadaan gerimis manis kami segera meluncurkan ke Prambanan di Klaten. Iklim tidak menentu dan cuaca yang mudah berubah membuat kondisi alam menjadi berbeda. Klaten cerah dan kami bisa menikmati candi Prambanan yang menakjubkan. Tak sempat saya menghitung jumlahnya apakah benar seribu candi. Letusan gunung Merapi menyebabkan beberapa candi runtuh. Setelah mengambil spot yang bagus untuk swafoto kami segera meninggalkan Prambanan.
Heha Sky View tujuan selanjutnya. Selama perjalanan menuju Gunung Kidul sepanjang jalan di guyur hujan. Sepertinya hujan merata karena kabar di Pasuruan dan sekitarnya juga mengalami hujan. Rombongan motor lawas mengiringi perjalanan saya. Tampak juga beberapa orang menggayuh sepeda ontel dengan kostum tempo dulu khas daerah.
Mendekati pertigaan menuju Heha Sky View hujan semakin deras. Tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalan menuju lokasi. Heha Sky View adalah sebuah kafe yang bernuansa spot foto. Bagusnya di malam hari sambil memandang langit dan melihat kota dari atas bukit. Tempat banyak yang terbuka sehingga bila hujan turun maka rusaklah suasana.
Segera perjalanan dilanjutkan menuju Malioboro tempat kami menginap. Terakhir 4 tahun yang lalu mengunjungi Malioboro. Suasana yang beda, lingkungan penjual sudah tertata rapi. Jalan Malioboro yang semula penuh dengan kaki lima sekarang berisi kursi yang di tata rapi untuk pengunjung. Sangat menarik dan membuat nyaman pengunjung untuk menikmati ramainya Malioboro.
Gerimis masih menyelimuti Yogjakarta, kami harus berjalan kaki sekitar 40 meter menuju hotel Hasian yang berada di Jl. Perwakilan. Tak jauh dari jalan Malioboro, persis di depan hotel Ibis. Jadi tidur di Hasian motel sambil membayangkan berada di Ibis 😄, nikmati saja.
Malam ini kami tidak selalu bersama-sama. Makan malam mencari sesuai selera masing-masing. Bertujuh orang kami menikmati malan malam di kulineran yang tempatnya di deretan motel tempat menginap. Paling ujung menghadap dua sisi jalan, yaitu jalan Malioboro dan jalan Perwakilan. Harganya sedap-sedap pahit karena harga yang tertera beda dengan di kasir, entahlah. Tetapi yang penting malam ini saya dan teman-teman bisa berbelanja dan menikmati malanya Malioboro.
Lepas jam 8 pagi setelah semuanya berkemas perjalanan dilanjutkan menuju Merapi. Lokasi yang dituju adalah wisata Kaliurang. Setelah sampai di lokasi saya jadi teringat akan kegiatan outbound siswa di tahun 2012 setelah gunung Merapi meletus. Itu adalah terakhir kegiatan dari siswa full day schoolschool. Setelah itu tidak ada lagi jam tambahan bagi siswa tertentu, semua menjadi siswa reguler.
Setelah Merapi meletus di tahun 2010 selain menyisakan duka yang amat dalam bagi masyarakat terdampak ternyata menjadikan perekonomian lebih meningkat pula. Beberapa lokasi dijadikan sebagai objek wisata. Sudah barangtentu banyak para pedagang di sekitar lokasi wisata.
Untuk tour lokasi terdampak letusan Merapi kami mengambil paket yang tersiri dari musium sisa erupsi Merapi, batu alien, bungker kaliadem, rumah mbah Marijan dan Kali Kuning. Untuk 14 orang kami harus menyewa 4 Jeep yang maksimal berisi 4 orang tiap Jeep. Naik Jeep ternyata ngeri-ngeri sedep. Melalui jalan berbatuan dan tidak rata, serta kondisi Jeep dengan kemiringan tertentu melaju menuju lokasi yang dimaksudkan.
Cuaca gerimis menjadukan suhu udara semakin dingin. Apalagi berada di kaki Merapi akan sangat terasa dinginnya. Musium sisa erupsi Merapi adalah rumah warga yang kondisi ekonominya tergolong berada, warga tersebut mempuntai sebuah klinik. Menurut cerita pemandu penduduk sekitar matapencaharian sehari-hari beternak sapi. Ketika terjadi erupsi ribuan sapi terpanggang abu panas. Kemudian letupan dari gunung membawa batuan raksasa yang kemudian dikenal dengan nama Batu Alien. Lokasinya berbeda dari musium.
Lokasi Batu Alien lumayan bagus untuk swafoto. Di balik lokasi Batu Alien ada tempat aliran lahar yang penuh dengan pasir. Tampak dari atas penambang pasir sedang memasukkan pasir ke dalam bak truk. Perjalanan berikutnya menuju Bungker Kaliadem. Sayangnya gerimis masih mengikuti sehingga lokasi Bungker yang banyak pengunjungnya menjadi sangat becek. Saya enggan turun melihat ke dalam Bungker, cukup foto bersama di depan Bungker dan di temoat parkir.
Tidak lama di lokasi bungker kami segera menuju bekas rumah Mbah Marijan yang letaknya lebih ke atas dari Bungker Kaliadem. Rumah Mbah Marijan sudah tidak ditinggali hanya ada nisan sebagai pertanda saja. Mbah Marijan meninggal bersama relawan yang menjemputnya karena terkena awan panas gunung Merapi. Di sebelah rumah Mbah Marijan ada sebuah toko oleh-oleh milik anak kedua Mbah Marijan.
Anak keberapa saya lupa meski beliu bercerita. Sementara tugas Mbah Marijan sebagai juru kunci gunung Merapi dipercatakan ke anak keempat yang ditunjuk langsung oleh Sultan Hamengkubuwono X.
Tujuan yang terakhir adalah trek basah Kali Kuning. Di tempat ini adalah wisata yang paling seru dan menegangkan. Karena Jeep melakukan trek didalam air sungai dengan mengkondisikan kecepatannya. Kami harus berpegang erat agar tidak terpental. Sebenarnya sedikit berbahaya karena penumpang tidak ada sabuk pengamanan. Teriakan histeris bercampur dengan kegembiraan saat melewati sungai. Dari jauh kuperhatikan teman- teman yang menjelang purna tugas kebetulan berada dalam satu Jeep. Beliau nampak senang, sambil berdiri dan tetap berpegangan serta melambaikan tangan kanannya. Sebelum Jeep melakukan trek menyusuri kali Kuning saya meminta tolong pada seseorang untuk merekam Jeep dari rombongan kami. Ini merupakan bukti bahwa piknik saat ini sangat mengesankan.
Puas di Kali Kuning, Jeep segera meluncur turun menuju Kaliurang tempat kami semula. Pak Sopir sudah menunggu untuk melanjutkan perjalanan menuju Heha Skay View. Awalnya lokasi ini adalah tujuan di hari pertama karena hujan maka berganti menjadi tujuan akhir. Tempat ini cocok sekali untuk anak-anak muda. Kafe terbuka di ketinggian tertentu dari Gunung Kidul. Bermacam-macam makanan ringan dan cepat saji tersedia. Tetapi untuk lidah saya kurang cocok karena lebih nikmat makan nasi padang atau nasi soto😄.
Batas waktu di Heha Sky View sampai pukul 7 malam. Kami segera keluar untuk mencari teman yang terpisah. Setelah berkumpul di kendaraan maka piknik ini berakhir dengan rasa yang menyenangkan dan sangat puas. Semua teman mempunyai kesan yang sama. Sesekali bersenang-senang menghibur diri bersama teman.
#Liburan 26-28 Juni 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar