Sabtu, 17 Desember 2022

Laro Bocah


SMPN 1 Beji dalam melaksanakan pembelajaran  projek penguatan profil pelajar Pancasila, memilih tema kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam melestarikan budaya lokal kabupaten Pasuruan. Berdasarkan identifikasi beberapa budaya daerah di kabupaten Pasuruan yang  di angkat sebagai topik yaitu Improvisasi Budaya Terbang Laro. Budaya tersebut  asli desa Cendono kecamatan Purwosari yang masih bertahan diantara budaya kesenian modern. Kesenian ini hanya dimainkan oleh penari dan pengrawit asal desa Cendono. Hal ini disebabkan kesenian terbang laro  kurang begitu dikenal oleh masyarakat Pasuruan. Mengenalkan dan melestarikan budaya lokal sudah menjadi tugas bagi generasi muda. Agar kesenian terbang laro dikenal secara luas maka diperlukan tampilan yang lebih menarik dengan melakukan improvisasi pada tarian maupun musik pengiringnya.

Sedikit mengenal asal istilah terbang laro, kata terbang  berasal dari alat musik terbangan yang digunakan untuk mengiringi tarian.Sedangkan laro berasal dari ular-ular kawruh, yang berarti menularkan pengetahuan kebudayaan yang dalam hal ini adalah budaya islam.  Dapat diartikan juga menularkan budaya islam untuk dijadikan teladan dalam kehidupan.  Terbang laro merupakan perpaduan antara seni gerak (tari) dan seni suara. Lantunan sholawat dan syair jawa yang bergantian menjadikan ciri khas pada kesenian ini. Dewasa ini alat musik terbang laro dikombinasikan dengan gamelan untuk memperkaya musikalisasi, sehingga lebih menarik. 

Siswa SMPN 1 beji dalam melaksanakan projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) membutuhkan waktu 120 jam pelajaran. Bagi siswa yang suka menari maka akan mempelajari tariannya, sedangkan siswa yang suka dengan musik belajar gamelan dan mengunakan alat terbangan. Tentunya mereka dibimbing oleh fasilitator atau guru pendamping untuk melaksanakan kegiatannya. Elemen dari profil pelajar Pancasila ditekankan pada taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, gotong royong, dan kreatif. Hasil dari improvisasi budaya terbang laro ditampilkan pada acara memperingati Maulid Nabi bulan Oktober yang lalu yang dihadiri oleh kepala dinas kabupaten Pasuruan, Bapak Hasbullah, S.Pd.

Suatu kepercayaan bagi SMPN 1 Beji, ternyata menjadi Duta Seni dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Pasuruan untuk tampil di Anjungan Jawa Timur TMII. Dengan demikian siswa berlatih secara intensif untuk dapat menampilakn gelar seni secara maksimal. Rabu tanggal 14 Desember tim dinas pendidikan beserta siswa SMPN 1 Beji berangkat menuju TMII. Sebelum gelar seni di hari Jumat malam tanggal 16 , siswa harus mengikuti gladi bersih di hari Kamis malam. Tim duta seni mengikuti gladi bersih dari pukul 8 malam hingga pukul 11 malam. Beberapa revisi  harus dilakukan dan tim SMPN 1 Beji diberikan kesempatan berlatih Jumat pagi harinya. 

Akhirnya pada hari Jumat malam dihadiri oleh direktur KSPSTK GTK Kemendikbud Ristek RI, Bapak Dr. Praptono, M.Ed, Kepala Anjungan Jawa Timur, Bapak Sutrano, SH, Kepala dinas kabupaten Pasuruan dan ketua paguyuban masyarakat Pasuruan di Jakarta, siswa SMPN 1 Beji gelar pertunjukan cerita Laro Bocah. Selain tarian dan syair jawa serta sholawatan, terdapat pula lakoon atau ludrukan yang membawakan narasi dari Laro Bocah. Sambutan yang luar biasa dari para undangan, mereka sangat tertarik dengan kesenian terbang laro yang ditampilkan oleh anak-anak atau bocah, yang biasanya kesenian ini dilakukan oleh orang dewasa. Improvisasi tari kesenian terbang laro menjadi lebih menarik dari pada konvensional.

Nah, ini menjadi awal yang baik untuk mengembangkan kesenian terbang laro dari hasil improvisasi yang dilakukan oleh siswa SMPN 1 Beji dengan dibimbing oleh fasilitator. Harapannya kedepan kesenian terbang laro  akan lebih dikenal oleh  masyarakat luas.  Dengan demikian pelestarian budaya lokal menjadi lebih kuat. Marilah kita gali lagi budaya-budaya lokal daerah kita, kita angkat dengan mempelajari dan menyajikannya sehingga menambah kekayaan budaya lokal.


# Semangat keluarga besar SMPN 1 Beji 😄




Rabu, 14 Desember 2022

Banjir Keringat di Tugu Monas



Rombongan Duta Seni memasuki rest area tol Cipali untuk melaksanakan sholat subuh. Masih beberapa jam lagi sampai di Monas. Sebenarnya bukan tujuan utama akan tetapi karena Jakarta identik dengan Monas dan siswa belum pernah mengunjungi maka alangkah baiknya memanfaatkan waktu untuk menikmati kebanggaan negara Indonesia itu. Jakarta tidak pernah lepas dari macet meskipun sudah kelihatan tugu emas monas akan tetapi karena ada demo dari partai Buruh maka jalanan semakin macet. 

Sekitar jam 10 baru memasuki area monas. Siswa dan pedamping menikmati sarapan pagi di kuliner dalam area monas. Kesempatan hanya 1 jam untuk menikmati wisata di Monas. Diperkirakan selepas duhur tim akan mempersiapkan gamelan. Sebelum siswa  pentas seni di TMII disempatkan untuk wisata ke Tugu Monas, mumpung ada di Jakarta kapan lagi bisa begini. 

Nah setelah makan kami bergegas menuju Tugu Monas. Saat berjalan dikejauhan kelihatan ada kendaraan semacam kereta kelinci. Pasti itu kendaraan yang disediakan untuk berkeliling Monas. Benar saja sopirnya langsung menawarkan untuk naik dan gratis lagi. Segera semua naik ke dalam kendaraan tersebut. Sesampai di pintu masuk Tugu Monas kami diarahkan untuk menuju lokat di bawah tanah. Akan tetapi kami lebih memilih foto di luar dengan latar belakang Tugu Monas. Hari sangat cerah, terasa menyengat di kepala tapi kami sangat menikmati. 

Setelah selesai berswafoto dan melihat jam tenyata sudah habis waktu untuk wisata. Segera kami menuju halte untuk naik kendaraan pengantar pengunjung. Ketika semua sudah masuk ternyata sopir meminta tiket masuk ke Monas. Kami tadi tidak ada waktu untuk ke lokasi Tugu Monas akhirnya turun dari kendaraan. Ternyata kendaraan tersebut disediakan pulang pergi khusus untuk pengunjung yang membeli tiket masuk Tugu Monas. Akhirnya kami sambil ketawa menahan malu turun dan jalan kaki menuju loket utama. Panasnya ampun, apalagi lokasi loket utama lumayan jauh. 


Ampun sekali area di Monas jauh dari pepohonan. Dari foto di atas nampak bagian dari area Monas yang sangat terik sekali. Andai waktu mencukupi mungkin kami bisa masuk menuju Tugu monas sehingga mempunyai bukti tiket masuk sehingga tidak jalan kaki menuju lokasi loket utama. Lengkaplah penderitaan kami belum mandi dari pagi lalu ketambahan jalan kaki dipanas terik. Jadinya mandi keringat. Nah untuk bau badan jangan ditanya ya 😄😄😄. 

MERAIH PENGHARGAAN ADIWIYATA MANDIRI

  Dok. Pribadi Setelah gagal tahun lalu dalam meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri,  tidaklah menyurutkan semangat SMPN 1 Beji untuk...