Setelah 3 hari 2 malam berkumpul bersama keluarga di Banyuwangi, tibalah saatnya harus kembali ke Pasuruan. Bukan berarti tidak kerasan berada di kampung halaman suami. Akan tetapi waktu yang tidak mengijinkan untuk berlama-lama. Hari Jumat di sekolah mengadakan acara sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka.
Jadi hari Kamis harus segera pulang, padahal capeknya belum hilang. Masih banyak saudara yang belum sempat dikunjungi. Bahkan tidak ada waktu untuk berkunjung ke tempat wisata. Padahal Banyuwangi merupakan gudang tempat wisata yang bikin betah pengunjungnya.Jam 8 kurang lima belas menit kami memacu motor bergerak menyusuri jalanan yang mulai ramai. Banyak juga para pemudik yang juga mulai beranjak meninggalkan kota Banyuwangi.
Sampai di Ketapang anak saya Zaidan mengisi bahan bakar dulu. Sementara itu saya berganti memegang setir. Ingin sih mencoba berkendara sendiri sampai mana kemampuan saya. Awalnya Zaidan ragu khawatir jalannya motor pelan. Akan tetapi selama di jalan kecepatan yang bisa saya capai antara 80-90 km/jam. Untuk lebih kencang lagi ngeri juga.
Jalanan sangat ramai banyak pengendara motor sepertinya mereka sedang perjalan untuk bersilaturahmi. Banyak yang tidak menggunakan helm. Menandakan tujuannya tidak jauh. Namun apabila melewati jalan raya sebaiknya harus menggunakan helm sesuai dengan aturan, demi keselamatan diri.
Susana yang paling menyenangkan ketika melewati Taman Nasional Baluran. Udara sangat sejuk meskipun musim hujan sudah mulai beranjak pergi. Di tepi jalan baik di sebelah kiri jalan mauoun seberang jalan banyak berjajar monyet ekor panjang. Seolah mereka mengucapkan selamat jalan pada para pengendara.
Selama melewati jalan raya Karang tekok kendaraan lebih ramai dari kondisi biasanya. Hal ini disebabkan karena lebaran tahun ini pemerintah lebih longgar memberikan aturan. Sehingga banyak para pekerja di luar kota atau para perantau yang menggunakan kesempatan untuk mudik. Hari keempat tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk arus balik ke kota masing-masing setelah berlebaran di kampung halaman.
Dengan demikian jalanan agak padat tetapi masih lancar dan bisa melaju kencang. Melewati jalan raya Karang tekok yang berkelok-kelok harus berhati-hati. Banyak tikungan tajam dan jalanan tidak rata, banyak tambal sulam aspal. Kalau menggunakan mobil masih lumayan akan tetapi bila berkemdara menggunakan motor seperti saya akan sangat terasa. Seolah lompat-lompat dan akan sangat terasa pada pundak dan lengan tangan. Tangan harus mempertahankan posisi setir agar motor berjalan dengan baik.
Lepas dari Karangtekok saya masih kuat melewati Pasir putih. Nampaknya suami yang dibonceng anak saya berubah posisi, dia ada di depan membonceng Zaidan. Sementara saya masih bertahan menikmati mengendarai motor sendirian. Akan tetapi sampai di Besuki Zaidan tidak tahan untuk dibonceng lebih enak di depan. Akhirnya saya pun memilih duduk manis di belakang suami sampai rumah.
Alhamdulillah sekitar pukul setengah 4 kami sampai di rumah. Ketika Zaidan masuk rumah alangkah terkejutnya dia karena bau rumah tidak sedap. Setelah dicari ternyata lemari pendingin tidak nyala. Daging sapi dan ayam yang disimpan semua menjadi busuk. 😩😩😩
Nah, pengalaman seperti itu bila akan berangkat bepergian jangan lupa memeriksa semua peralatan elektronik mana yang harus dicabut dan mana tetap menyala. Sehingga sampai rumah tidak dobel pekerjaan seperti saya, bersih-bersih lemari pendingin. Ada yang mau bantu????
#Happy Writing
#70 tulisan(9)
Hebat Bude Nurin, mudik naik sepeda
BalasHapus