Minggu, 05 Desember 2021

Covid-19 Singgah Sejenak (Part 2)

 Melihat kondisi suamiku yang ada gejala batuk dan tenggorokan sakit maka dokter menyarankan untuk mencari rumah sakit sendiri. Untuk anakku cukup isolasi mandiri dan pemberian obat serta vitamin dari PKM. Sempat kutanyakan kenapa tidak ada rujukan dari pihak PKM, mengapa juga harus mencari rumah sakit sendiri. Kemudian dokter PKM tersebut menjelaskan apabila 

memberikan rujukan sudah dipastikan tidak menemukan rumah sakit kosong. Seluruh rumah sakit rujukan sudah penuh dengan pasien covid-19. Bahkan menolak pasien karena sudah tidak ada ruang.

Dengan dasar itu maka kuputuskan untuk isoman saja semua tanpa ada yang isolasi di RS. Toh percuma aku keliling tidak akan menemukan rumah sakit yang masih menerima pasien. Akhirnya suami dan anakku pulang, sementara aku masih harus menebus resep antibiotik karena di PKM tidak tersedia.
Informasi dari dokter PKM obat antibiotik tersebut agak sulit untuk didapatkan. Bener juga, aku keliling sampai 4 apotik semuanya kosong.

 Anehnya lagi setiap apotik selalu menanyakan tentang dosis  obat dan aturan minum. Mereka bilang bahwa dosis yang harus dibeli dan aturan minum melampaui dosis seharusnya. Salah satu dari apotik menyarankan untuk menanyakan kembali ke sokter pemberi resep apakah tidak ada kesalahan. Ketika aku tanyakan perihal jumlah obat dan dosis pada dokter PKM pemberi resep jawabnya tidak ada yang keliru,  dosis dan aturan minum sudah benar yaitu 2 kali dalam satu hari. Sementara pihak apotik mengatakan untuk obat antibiotik tersebut harus diminum 1x 1.

Agak susah juga mendapat obat antibiotik ini entah karena banyak pengguna atau karena pasokan kurang sehingga sulit untuk mendapatkannya. Alhamdulillah ada teman yang anaknya bekerja sebagai perawat dan mau membantu untuk mencarikan antibiotik tersebut yang baru kuingat namanya Acetromicyn. Dia juga heran melihat resep yang mencantumkan dosis serta aturan minumnya. Setelah aku dapatkan antibiotik tersebut, segera kutanyakan temanku yang dokter itu. Kuceritakan semua permasalahan tak lupa pula tentang antibiotik dan aturan minumnya. Aku merasa pas saat dia mengatakan dosis dan aturan minum sebenarnya. 10 tablet dengan aturan minum 1x1 akhirnya aku ikuti saja apa saran dari temanku yang dokter itu.
Selama 3 hari di rumah kondisi suami dan anak ternyata tidak semakin baik. Apalagi suami, batuknya semakin menjadi. Di hari kedua mengalami sesak nafas, diare, muntah dan seolah tak bertenaga. Begitu pula dengan anakku yang berada di kamar atas. Ketika harus ke kamar mandi yang terletak di lantai bawah dia harus berjalan sangat pelan menuruni tangga. Makan sudah tidak berselera, apalagi melihat jumlah obat yang begitu banyak melebihi jumlah obat ayahnya. Belum lagi dia selalu kepikiran dengan kondisi ayahnya.

Setelah isoman selama 3 hari bukannya semakin membaik akan tetapi kondisi suami dan anakku merosot jauh. Terutama suami harus melakukan proning seperti yang beredar di beberapa grup WhatsApp. Selain itu usaha lain seperti minum rempah-rempah juga kubuatkan setiap hari. Sampai dengan usaha menghirup uap air yang dicampur minyak kayu putih dan bawang putih. Dengan melihat kondisi suamiku yang menghawatirkan paginya segera ku hubungi dokter PKM. Kuceritakan keadaan suami dan anakku yang juga mulai mengalami muntah serta diare. Dokter PKM menyarankan untuk membawa suami ke rumah sakit. Tak berapa lama dikirimkannya link ketersediaan ruangan di RS rujukan. Setelah kubuka link tersebut dan mulai kucari RD terdekat. Dari 4 RS hanya ada satu RS yang menerima pasien covid. Di aplikasi tersebut dituliskan tempat tidur kosong tersedia untuk satu orang. Setelah berunding dengan suami kuputuskan untuk bertahan dulu. Selepas maghrib kucoba membuka aplikasi ketersediaan tempat tidur untuk pasien covid. Ternyata di RS terdekat ada yg sudah kosong, kesempatan untuk bisa masuk RS bagi suami.

Malam hari semua nyaris tanpa tidur. Aku naik turun melihat kondisi anak yang semakin drop, makan tidak selera, beberapa kali muntah dan mulai diare seperti yang dialami ayahnya. Panas semakin tinggi sehingga aku harus mengompres keningnya dengan handuk basah. Di kamar depan suami terkulai lemah dengan nafas tersengal-sengal. Jalan ke kamar mandi harus berpegangan pada dinding yang dilaluinya. Sampai jam 11 malam kondisi tidak berubah. Lalu ku ingat Bu Noer seorang teman  yang penyintas covid dan belum lama keluar dari RS tersebut. Aku tanyakan prosedur pesan bad di RS melalui WhatsApp. Ternyata dia belum tidur dan langsung menelponku. Diceritakannya bagaimana proses dia dan ibunya masuk RS. Diceritakan pula tentang pelayanan di sana. Pokoknya lengkaplah . Setelah itu dia pamit mengakhiri telepon.

Malam itu segera kupersiapkan perlengkapan suami dan anak untuk satu minggu ke depan. Rencana pagi-pagi minta tolong pada keponakan suami untuk menyewakan ambulance. Setelah semua beres  kuhampiri suami di kamar depan. Kondisinya sangat lemah, tidur dengan besandar disusunan bantal agar mudah bernafas. Suamiku ternyata tidak bisa tidur, dia bangun dan turun dari tempat tidur minta dibuatkan uap air panas dengan bawang putih. Sampai lewat tengah malam masih belum bisa tidur dan susah bernafas. Aku kembali ke kamar untuk istirahat sejenak.

Keesokan hari setelah subuh aku hubungi keponakan suami dengan tujuan minta tolong untuk mencarikan ambulance di PKM. Kuceritakan kondisi suami dan ada informasi tempat tidur kosong di RS terdekat. Beberapa saat kemudian keponakan suamiku menghubungiku lagi menceritakan bahwa PKM tidak  menyewakan ambulance untuk orang yang terkena covid.  Sempat bingung juga karena aku tidak punya mobil, waktu itu yang ada di pikiranku kalau sewa mobil pasti  pemilik mobil tidak bersedia membawa pasien covid. 

Kondisi pandemi seperti ini sangat sulit semua pada takut bila dekat dengan penderita covid. Hanya istighfar yang bisa kuucapkan, benar-benar bingung. Lalu di seberang sana ponakan bilang mau menelepon pak Kades dulu dan menutup telepon genggamnya. Tak berselang lama pak Kades menghubungiku menanyakan keadaan suami dan anakku. Kebetulan pak Kades ini teman sekolah adikku dan juga satu klub gowes suamiku. Kemudian beliau bilang kalau suami dan  serta anakku dipastika bisa masuk RS pagi ini karean sudah dihubungi oleh pihak PKM. Masyaallah orang-orang baik telah menolong keluargaku.

Bersambung....

#Happy Writing
#70 tulisan(12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MERAIH PENGHARGAAN ADIWIYATA MANDIRI

  Dok. Pribadi Setelah gagal tahun lalu dalam meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Mandiri,  tidaklah menyurutkan semangat SMPN 1 Beji untuk...