MENGELOLA TAMAN
BACAAN
Malam ini bu Rusminiyati akan
menemani narasumber dalam pelatihan BM pertemuan terakhir. Pelatihan di kelas Belajar
Menulis yang terakhir, minggu lalu sempat melihat jadwal dari narasumber dengan
materi “Mengelola Taman Bacaan” oleh Mr. Bams. Saya pernah mengikuti webinar yang pematerinya adalah Mr. Bams sebelum
pelatihan BM, dan sempat membaca perjalanannya dalam mendirikan taman bacaan. Sedari
dulu saya ingin sekali mempunyai perpustakaan mini dan laboratorium mini.
Samapai sekarang belum ada yang terwujud.
Untuk mengetahui lebih jauh
tentang narasumber yang biasa dipanggil dengan nama Mr. Bams bisa klik di sini.
Nama TBM narasumber adalah TBM AS
Lebakwangi. Awal berdiri tanggal 5 Oktober 2011 dengan nama TBM Ayah Salwa.
Nama “Ayah Salwa “ digunakan
sebagai nama TBM, dengan alasan menggunakan nama panggung kalau sedang
mendongeng. Walau akhirnya di tahun 2012 TBM Ayah Salwa diganti dengan nama TBM
AS Lebakwangi. TBM AS Lebakwangi saat berdiri masih bergabung dengan rumah
pribadi narasumber. Rumah mungil berukuran 21 meter peregi. Rumah yang terdiri
dari Ayah Salwa, Ibu Salwa dan Salwa anak semata wayangnya.
TBM AS Lebakwangi hadir karena
kepedulian kepada anak-anak. Ayah Salwa sang pendongeng merasa perlu mengajak
anak-anak untuk senang membaca. Awal berdiri tidaklah mudah. Tantangan dari
pasangan pun menjadi tantang pertama yang harus dinegosiasi. Memberikan
penjelasan kepada pasangan itu pun butuh perjuangan alias senyuman manis,
begitu penjelasan dari narasumber.
Mengawali dengan mengumpulkan
buku-buku yang dimilikinya di rumah. Semuanya terkumpul sekitar 200 buku. Kemudian di simpannya di sebuah box. Setelah
terkumpul, Mr. Bams memilih tanggal yang sekiranya baik, maka lahirlah TBM “Ayah
Salwa” pada tanggal 5 Oktober 2011. Berarti sekarang umumnya sudah masuk 10
tahun.
Mengawalinya dengan menyiapkan sebuah rak, dengan 3 trap. Rak
pertama tempat menyiimpan koran dengan buku pengunjung. Rak kedua untuk menyimpan 20 buku cerita anak-anak. Rak ketiga
menyimpan majalah bobo sebanyak 20 buah. Setiap pagi diletakkannya di teras
rumahnya. Tanpa pagar rumah membuat anak-anak sangat mudah sekali menjamah buku
yang kami simpan di teras. Rumah narasumber kosong, karena mereka berdua Salwa bekerja. Salwa, putrinya saat itu
usianya masih 8 tahun. Setiap pagi menitipkannya ke rumah Ibu beliau, sehingga rumah kosong.
Kini Salwa sedang kuliah semester 2 di UNPAS dengan Jurusan Kependidikan Bahasa
Indonesia. Semoga Salwa menjadi guru yang sangat disuka dan dinantikan oleh anak-anak.
Proses berdirinya TBM AS Lebakwangi
cukup panjang, setahun setelah berdiri TBM AS Lebakwangi terpisah dari bangunan
rumah pribadi. Datangnnya Rizki yang tidak terduka Mr. Bams dapat membeli rumh
baru tak jauh dari rumah lamanya. Suasana dari TBM AS Lebakwangi tak seperti
perpustakaan pada umumnya. Di TBM AS
Lebakwangi anak-anak bebas bembaca berahutan dengan riang.
Interaksi dengan TBM lain membuat
jaringan TBM menjadi kuat. Silaturahmi pegiat literasi memudahkan untuk saling
menguatkan. Ini kegiatan benar-benar sosial, tanpa keuntungan berupa uang.
Untungnya adalah kebahagiaan yang bisa melihat anak-anak membaca buku, pinjam
buku, cerita bersama , belajar komputer, belajar internet, belajar bernyanyi,
membuat puisi, dan banyak kegiatan lainnya.
Prestasi yang diraih oleh
narasumber dalam pengelolaan TBM AS Lebakwangi adalah :
1. Terpilih sebagai Ketua Forum
TBM Kab Bandung periode 2013-2017
2. Juara ke 1 TBM se Kab Bandung
tahun 2013
3. Juara ke 2 TBM se Provinsi Jawa
Barat tahun 2013
4. Juara ke 1 TBM se Kab. Bandang
tahun 2014
5. Juara ke 1 TBM se Provinsi Jawa
barat tahun 2014
6. Anugerah Sabilulungan Award
tahun 2018 dari Bupati Kab. Bandung
7. Juara ke 1 TBM Teladan se
Kabupaten Bandung 2019
Pengalaman seru di TBM, bila ada
kegiatan. Seperti kegiatan BIMTEK. BIMTEK TBM yang dilaksanakan di Hotel Grand
Pasundan tahun 2011 mengantarkan narasumber bisa bertemu dengan para pegiat
literasi tingkat Nasional. Seperti GOL A GONG, Wien Muldian, Agus Munawar, Agus
M. Irkham, Bu De Kiswanto, dan lain-lain.
Mengelola TBM sejak 2011 dan mendongeng sejak 2003. Dua aktivitas ini menguatkan narasumber di sekolah. Guru tak hanya mengajar, tetapi bisa melakukan banyak hal. Kegiatan literasi sangat banyak sekali di sekolah. Narasumber aktif sejak adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sejak jaman menteri Anis Baswedan. Bahkan dimulai jadi relawan di sekolah, pernah menjadi Koordinator Literasi (2019-2020 dan 2020-2021). Berhasil membuat SMP Taruna Bakti mendapatkan Anugerah Sekolah Literasi Ketegori Utama se Kota Bandung. Penghargaan secara pribadi pun didapat dari Dinas Pendidikan Kota Bandung sebagai Penggiat Literasi.
Pengalaman dari Mr. Bams
mengingatkan pada keinginan mempunyai perpustakaan mini yang bisa dikunjungi
anak-anak tetangga. Mengingat dewasa ini minat baca anak-anak semakin menurun,
apalagi ditunjang dengan orang tua yang mendukung kondisi tersebut. Suka bermain telephon
genggam, tik tok ataupun media sosial lainnya.
Lebih baik apabila anak-anak diajak membaca buku apa lagi ditemani oleh orang tua.
Informasi dari Mr. Bams sangat memotivasi keinginan saya untuk dapat meraih
impian tersebut.
Pantang menyerah, melawan kekhawatiran
mengalami kegagalan dengan impian mempunyai
perpustakaan mini. Dimana anak-anak tetangga dapat membaca tanpa bermain
telephon genggam. Sangatlah indah bila melihat anak-anak yang sedang membaca
dan bercerita tentang isi bacaan. Semoga bisa terwujud.
Selamat Bu mereguk ilmu sampai tegukan terakhir.
BalasHapusTerima kasih
Hapusmenanti laporan buku solonya ...
BalasHapusProses editor
HapusSemoga taman bacaan Ibu bisa terwujud.
BalasHapus